Senin, 27 Mei 2013

sekedar ngerefresh otak gan...






Pendidikan AS



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Negara Amerika Serikat berpenduduk nomor tiga terbanyak di dunia yaitu berjumlah kira-kira 300 juta jiwa dan terdiri dari 50 negara bagian. Luas wilayahnya kurang lebih 9,5 juta km persegi.
Bangsa Amerika terdiri dari bangsa-bangsa emigran dari berbagai kawasan dunia, terutama dari kawasan Eropa sebagai bagian dominannya. Imigrasi tua berasal dari Eropa Utara dan Barat seperti Inggris, Scotlandia, Prancis, Belanda, Jerman dan sebagainya yang kemudian diikuti oleh imigrasi yang muda berasal dari Eropa Selatan dan timur seperti Italia, Rusia, Polandia, Austria, Hongaria dan lain sebagainya. Setiap bangsa membawa kepercayaan, adat istiadat, bahasa dan segi-segi kebudayaannya masing-masing ke Amerika sehingga Amerika menjadi periuk peleburan bagi segala jenis kebudayaan asli dan pendatang dari benua hitam Afrika. Itulah yang membentuk kebudayaan Amerika sekarang.
Karena bagian terbesar warga Amerika berasal dari kaum imigran Eropa, maka sudah tentu tradisi pendidikan yang berkembang di Amerika adalah tradisi pendidikan bangsa-bangsa  Eropa yang berimigrasi tersebut. Di tempat orang-orang Jerman berimigrasi, sekolah-sekolahnya diawasi oleh orang-orang gereja pada pertemuan-pertemuan gereja. Di daerah New Netherland pengawasan dilakukan oleh petugas-petugas gereja dan dibeberapa tempat oleh kelompok orang tertentu. Pengawasan terhadap sekolah-sekolah yang dilakukan oleh pribadi-pribadi melalui pertemuan-pertemuan orang-orang dan petugas gereja yang terus dipertahankan oleh para imigran itu, menjadi sebab timbulnya tanggung jawab atas sekolah-sekolah pada akhirnya dipikul oleh masyarakat setempat.
Karakteristik geografis dan demografis yang telah diuraikan di atas mengakibatkan penduduk Amerika bervariasi. Misalnya Negara bagian Alaska merupakan daerah yang paling luas tetapi memiliki penduduk yang kecil jumlahnya. Sementara Negara  bagian Rhode Island yang memiliki daerah yang kecil luasnya tetapi memiliki penduduk yang besar jumlahnya di Amerika Serikat.
Kota-kota besar seperti New York, Washington DC, Chicago, Detroit dan Los Angeles merupakan tempat-tempat terkonsentrasinya para penganggur, orang miskin, orang yang tidak bisa berbahasa inggris dan minoritas diiringi oleh masalah ekonomi social. Masalah kependudukan lain ialah semakin kurangnya orang yang bergerak di bidang pertanian, kira-kira 50% penduduk bekerja sebagai juru tulis sampai pada tenaga-tenaga professor. Jumlah tenaga wanita pun meningkat sementara tingkat pengangguran relatif tinggi.
Pada pemerintahan presiden Ronald Reagon dimulai pengurangan bantuan dana serta campur tangan pemerintah federal terhadap pendidikan dan menyerahkan tanggung jawab ke negara bagian. Selama ini Amerika Serikat telah berhasil menyediakan pendidikan gratis selama 12 tahun dan biaya pendidikan yang relatif murah pada tingkat pendidikan tinggi.




B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana filosofi dan ideologi pendidikan di Amerika Serikat?
2.      Seperti apakah tujuan pendidikan Amerika Serikat?
3.      Bagaimanakah kurikulum, metode, serta evaluasi pendidikan Amerika Serikat?
4.      Apa saja hal teknis mengenai pendidikan Amerika Serikat?














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Filosofi Pendidikan Amerika Serikat
Filsafat pada dasarnya merupakan pernyataan secara sengaja tentang suatu kebudayaan tertentu, kehususan pada adat-istiadat, pola tingkah laku, ide-ide, maupun sistem nilai. Filsafat juga bisa berarti sebagai suatu ekspresi atau interpretasi secara obyektif tentang watak nasional suatu bangsa.
Amerika merupakan suatu  negara yang dibentuk dari bangsa-bangsa asing yang mendiaminya, secara sadar mereka memilih menjadi warga Amerika. Kondisi tersebut berbeda dengan negara-negara lain di dunia, karena pada umumnya suatu negara dibentuk dari penduduk asli bangsanya. Keadaan tersebut memicu berkembangnya dua aliran filsafat yang berlainan, yaitu transendentalisme dan pragmatisme. Transendentalisme mengekspresikan hal-hal yang berkenaan dengan kebudayaan, sedangkan pragmatisme merupakan suatu pemikiran yang berusaha membentuk Amerika yang hidup, dinamis, dan progresif.[1] Kedua aliran filsafat tersebut saling tidak bersesuaian sehingga belum ada kesepakatan tentang filsafat nasional Amerika. Meskipun demikan, kegiatan pendidikan di Amerika tetap berpijak pada landasan kependidikan yang berupa pemikiran kefilsafatan/keilmuan/wawasan-wawasan lain.
Ada seperangkat nilai yang merupakan sumber perilaku dan sikap orang Amerika yaitu:
1.      Berorientasi pada prestasi kerja individual
2.      Bekerja atau melakukan kegiatan sebagai nilai kesusilaan
3.      Berorientasi pada efisiensi, nilai praktis, dan kegunaan
4.      Berorientasi pada masa yang akan datang sebagai satu kemajuan, oleh karenanya harus bekerja keras
5.      Percaya bahwa dengan rasionalitas dan ilmu pengetahuan orang akan dapat menguasai lingkungan
6.      Berorientasi pada keuntungan material
7.      Berorientasi pada nilai kesamaan derajat dibidang kesempatan pada berbagai bidang kehidupan
8.      Berorientasi pada kemerdekaan
9.      Berorientasi pada nilai kemanusiaan

B.     Ideologi Pendidikan di Amerika Serikat
Segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh sebuah negara sehingga tetap eksis sebagai sebuah negara, tentu berlandas pada suatu dasar negara, yakni ideologi. Begitu pula dengan Amerika Serikat, Amerika Serikat tetap eksis sebagai sebuah negara karena tatanan hidup yang mereka miliki. Sebuah tatanan hidup (ideologi) untuk mengatur tiap-tiap aspek kehidupan, baik politik, pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya.
Dalam hal ini, Amerika Serikat menganut ideologi kapitalis. Kapitalisme, merupakan ideologi yang menjadi motor Amerika Serikat dikancah internasional. Kapitalisme adalah sebuah ideologi yang lahir setelah keruntuhan paham feodalisme yang diterapkan pada masa imperium Romawi pada abad 14-16M. Kapitalisme merupakan ideologi yang dibangun berdasarkan sekularisme yakni pemisahan campur tangan agama dari kehidupan. Sekularisme itu sendiri muncul karena gerahnya rakyat Eropa karena sistem pemerintahan kerajaan yang dikendalikan oleh doktrin-doktrin palsu gereja yang memicu munculnya gerakan-gerakan anti Agama.
Sistem pendidikan kapitalis masih berdasarkan modal. Pendidikan dalam sistem kapitalisme dapat dinikmati oleh orang-orang yang hanya memiliki uang atau modal saja, jika tidak, mereka hanya bisa menghisap jari. Sehingga orang-orang cerdas kebanyakan lahir dari orang-orang yang bermodal tinggi. Teknologi canggih mampu diciptakan oleh negara Adidaya karena modal yang mumpuni. Sistem pendidikan kapitalis yang berasas modal pun menjadikan lembaga-lembaga pendidikan sebagai ladang bisnis bagi pemilik modal.
Pendidikan skular kapitalis melahirkan generasi yang materialistik. Hidup hanya untuk pemenuhan materi. Kegersangan jiwa karena jauh dari agama merasuk pada jiwa para pemuda dan masyarakan kapitalis. Dalam sistem pendidikan ini, mata pelajaran agama hanya dapat ditemukan beberapa jam perminggu, bahkan dalam perkuliahan pembelajaran agama hanya menjadi matakuliah pilihan.

C.    Tujuan Pendidikan di Amerika Serikat
Karakteristik utama sistem pendidikan di Amerika Serikat adalah sangat menonjolnya desentralisasi. Pemerintah federal amerika serikat tidak punya mandat untuk mengontrol atau mengadakan pendidikan untuk masyarakat. Adapun ketentuan dan aturan pemerintah federal mengenai kelompok-kelompok minoritas rasial dan orang-orang cacat. Pemerintah juga mendukung penelitian pendidikan. Tetapi Amerika Serikat tidak mempunyai sistem pendidikan yang berpusat. Namun demikian, tidak berarti bahwa pemerintah federal tidak memberikan arah dan pengaruh terhadap masalah pendidikan pemerintah federal juga ikut menghilangkan sistem sekolah yang memisahkan sekolah berdasarkan ras, khususnya antara orang kulit hitam dan kulit putih. Pemerintah federal menyamakan alokasi pendanaan sekolah, menyediakan akses pendidikan bagi orang miskin dan orang cacat.
Tujuan sistem pendidikan di Amerika Serikat antara lain :
1.                   untuk mencapai kesatuan dalam kebhinekaan
2.                   untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi
3.                   untuk membantu pengembangan individu
4.                   untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat
5.                   untuk mempercepat kemajuan nasional

D.    Kurikulum dan Metode Pengajaran di Amerika Serikat
Kebiasaan otonomi yang sudah lama dan kuat serta keadaan masyarakat  sangat mempengaruhi bentuk kurikulum serta cara mengajar di Amerika Serikat. Disini tidak ada  kurikulum nasional yang resmi.
Bagian pendidikan negara bagian menggariskan kurikulum dengan tingkat variasi yang cukup besar dan memberi peluang pada daerah setempat. Pada awalnya sekolah amerika sangat dipengaruhi oleh agama dan fokus pada keterampilan tulis baca. Semenjak abad ke 19 perhatian terhadap masalah sosial semakin menonjol.
Pada akhir abad ke 19 muncul tuntutan untuk mengubah kurikulum dan metode mengajar dengan mengarahkan perhatian pada kebutuhan murid yang berbeda, serta perhatian terhadap kebutuhan individu. Dengan demikian siswa memiliki peluang yang besar untuk menentukan pilihan. Pertambahan jumlah populasi sekolah yang sangat cepat dan kemajuan iptek menjadi dorongan untuk inovasi-inovasi baru terutama metode pengajaran. Di daerah perkotaan persoalan sosial telah mendorong munculnya mata pelajaran baru yaitu studi etnis, pendidikan lingkungan, pendidikan seks, pendidikan narkoba dan sebagainya. Namun, awal 1980-an ada kecendrungan untuk kembali pada yang lama serta kebutuhan baru atas pendidikan akhir.
Sistem pendidikan di Amerika mempunyai sifat yang khas yang berbeda dari sistem pendidikan di  negara-negara lain. Hal ini terutama karena sistem pemerintahannya yang mendelegasikan kebanyakan wewenang kepada negara bagian dan pemerintahan lokal (distrik atau kota). Amerika tidak memiliki sistem pendidikan nasional yang ada adalah sistem pendidikan dalam artian terbatas pada masing-masing negara bagian. Hal ini berdasarkan pada filosofi bahwa pemerintah (federal/pusat) harus dibatasi perannya, terutama dalam pengendalian kebanyakan fungsi-fungsi publik seperti sekolah, pelayanan sosial dan lain-lain. Karena itu di Amerika dalam pendidikan dasar dan menengah tidak ada kurikulum nasional bahkan tidak ada kurikulum negara bagian. Apa yang ada hanyalah semacam standar-standar kompetensi lulusan yang ditetapkan pemerintahan negara bagian ataupun pemerintahan lokal. Walaupun begitu pemerintah federal (pusat) diberi wewenang terbatas untuk mengintervensi dalam masalah pendidikan bila terkait dengan empat hal yaitu :
1.                    Memajukan demokrasi
2.                    Menjamin kesamaan dalam peluang pendidikan
3.                    Meningkatkan produktivitas nasional
4.                    Memperkuat pertahanan/ ketahanan nasional.

E.     Kebijakan Pendidikan di Amerika Serikat
Kebijakan (police) secara etimologi diturunkan dari bahasa Yunani, yaitu “polis” yang artinya kota. Dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengan gagasan pengaturan organisasi yang merupakan pola formal yang sama-sama diterima pemerintah / lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha mengejar tujuannya. Abidin menjelaskan kebijakan adalah keputusan pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat.
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan harus memberi peluang diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.
Sejauh ini, masih banyak kesalah pemahaman maupun kesalahan konsepsi tentang kebijakan. Beberapa orang menyebut policy dalam sebutan kebijaksanaan, yang maknanya sangat berbeda dengan kebijakan. Istilah kebijaksanaan adalah kearifan yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan kebijakan adalah aturan tertulis hasil aturan formal organisasi. Contoh kebijakan adalah : undang-undang, pengaturan pemerintah, keppres, perda, keputusan Bupati, dan lain-lain. Setiap kebijakan yang dicontohkan disini adalah bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh objek kebijakan. Contoh ini juga memberi pengetahuan pada kita bahwa ruang lingkup kebijakan dapat bersifat makro, meso, dan mikro.
Pada umumnya, kebijakan pendidikan yang diambil disuatu negara cenderung dijadikan alat intervensi pemerintah terhadap warga negaranya. Begitu pula yang terjadi di Amerika Serikat pada kebijakan pendidikannya sejak tahun 1872. Pemerintah pernah membuat kebijakan pendidikan yang mengintervensi pendidikan sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak, remaja, dan kaum muda.
Di Amerika Serikat, bentuk intervensi tersebut adalah memberikan tanah negara kepada negara bagian untuk pembangunan fakultas-fakultas pertanian dan teknik, sekolah dengan makan siang, menyediakan pendidikan bagi orang-orang Indian, menyediakan dana pendidikan bagi para veteran yang kembali kekampus untuk menempuh pendidikan lanjutan, menyadiakan pinjaman bagi mahasiswa, menyediakan anggaran untuk keperluan penelitian, pertukaran mahasiswa asing dan bantuan berbagai kebutuhan mahasiswa lainnya, serta memberikan bantuan tidak langsung (karena menurut ketentuan undang-undang Amerika Serikat, pemerintah dilarang memberikan bantuan langsung kepada sekolah-sekolah agama) dalam bentuk buku-buku teks dan laboraturium.
Namun, semenjak kepemerintahan presiden Ronald Reagen dan kesadaran Amerika Serikat sebagai pelopor demokrasi sehingga diperlukan asas desentralisasi dalam pengambilan kebijakan, intervensi pemerintah pusat Amerika Serikat terhadap pendidikan mulai dikurangi. Selanjutnya tanggung jawab dan inisiatif kebijakan pendidikan diserahkan kepada negara bagian (setingkat Propinsi) dan pemerintah daerah/Distrik (setingkat kabupaten/kota). diAmerika Serikat terdapat 50 Negara bagian dan 15.358 Distrik.[2]
Kebijakan pendidikan dibuat oleh federal, state, dan sekolah tingkat kabupaten dan dilaksanakan oleh superintendent atau pengawas. Nilai yang diperdebatkan dibidang pendidikan ada empat, yaitu : persamaan bahwa setiap anak mendapat kesempatan untuk belajar, efisiensi, otonomi, danberkualitas tinggi. Dukungan politik harus selaras agar tujuan pendidikan teercapai, dan filosofinya harus sama.[3]
Amerika Serikat secara umum dikenal sebagai negara yang menganut demokrasi terkokoh hingga sekarang, demokrasi telah membentuk kesadaran untuk mengawasi dan membatasi intervensi pemerintah pada sektor pendidikannya. Dalam hal ini, pemerintah Amerika Serikat menyerahkan wewenang kebijakan pendidikan pada negara federal. Dan bentuk intervensi pemerintah pusat hanya sebatas kepemilikan tanah, modal, dan infrastruktur yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya. Penyerahan kebijakan pada pemerintah federal terbukti berhasil meningkatkan pendidikan para pelajar di Amerika Serikat sejak kepemimpinan Ronald Reagon.[4]

F.     Sistem, Struktur,dan Jenis Pendidikan di Amerika Serikat
Ada dua macam pendidikan diAmerika Serikat, yaitu negri dan swasta, tetapi diantara keduanya ada pendidikan dirumah. Karena tidak disebutkan dalam konstitusi, maka tanggung jawab pendidikan adalah pada negara bagian. Pengawasan pendidikan dilakukan oleh 3 pihak, yaitu; federal, state, dan lokal kontrol. Ditingkat lokal, pengawasan dilakukan oleh dewan sekolah, pengawas, sekolah kabupaten, orang tua, dan masyarakat. Tiap state atau negara bagian memiliki sistem pendidikan tersendiri, sehingga ada 50 macam sistem pendidikan diAmerika Serikat sesuai dengan jumlah negara bagian. Masing-masing mendelegasikan kekuasaannya kepada dewan sekolah. Karena itu, kontrol pendidikan terletak pada sekolah dan masyarakat kabupaten.[5]
Tiap sekolah memiliki sistem pendidikan. Jika jumlah sekolah diAmerika Serikat ada 14.000, ini berarti ada 14.000 macam sistem pendidikan juga. Jumlah tersebut dari tahun ketahun menurun. Pada tahun 1930 sebanyak 130ribu, dan pada tahun 2000 tinggal 14.000. Jam belajar diatur setiap hari antara 6-7 jam, termasuk makan siang. Dalam setahun, hari masuk sekitar 180-190 yang terbagi dalam 4 kuartal @ 9 minggu untuk SMU. Sedangkan tingkat SD-SLTP sehari antara 6-7 jam pelajaran @ 45-55 menit. Terkadang ada penjadwalan dengan waktu 90 menit yang disebut dengan block.
Seperti telah disampaikan sebelumnya, kurikulum inti ditentukan oleh tiap state, terdiri dari : seni bahasa (menulis, ejaan, membaca), bahasa, sains, matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan olahraga. Persyaratan kelulusan ditentukan oleh tiap state, dan saat itu 34 state mengharuskan tes bagi siswa yang menghasilkan produk, jadi bukan tes tertulis. Produk tersebut antara lain berupa hasil riset dan dipresentasikan didepan kelas. Ebtanas tidak ada, nampaknya tidak ada satu sistem pendidikan tertentu yang harus dianut di Amerika Serikat.
Jenjang pendidikan pra sekolah, nampaknya merupakan jenjang pendidikan tersendiri, yang berfungsi untuk mempersiapkan anak memasuki pendidikan dasar. Ada dua tahap pendidikan pra sekolah, yaitu :
1.                  Nursery school, ialah sekolah untuk anak-anak yang sangat kecil, yaitu yang berumur antara 18 bulan sampai 4 tahun, dan
2.                  Taman kanak-kanak atau kindergaten, yang menerima anak-anak berumur 5-6 tahun sebelum memasuki sekolah rendah.[6]
Setiap negara bagian menyediakan pendidikan secara gratis selama 12 tahun mulai dari taman kanak-kanak seperti yang telah disebutkan diatas sampai pada jenjang berikutnya. Dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat terdapat beberapa pola pendidikan yaitu :
1.                   taman kanak-kanak +  pendidikan dasar ”grade” 8 tahun + 4 tahun SLTA
2.                  taman kanak-kanak + sekolah dasar ”grade” 6 tahun + 3 tahun SLTP + 3 tahun SLTA
3.                  taman kanak-kanak + sekolah dasar ”grade” 4/5 tahun + 4 tahun SLTP + 4 tahun SLTA
4.                  setelah menyelesaikan pendidikan tingkat taman kanak-kanak + 12 tahun pada beberapa buah negara bagian dilanjutkan 2 tahun pada tingkat akademi (junior community college)  sebagai bagian dari sistem pendidikan dasar dan menengah
Pada pola pertama seorang siswa menamatkan pendidikan pada umur 17- 18 tahun. Pendidikan khusus mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Disamping itu pendidikan non formal tidak hanya di sponsori oleh badan pemerintah tapi juga badan swasta, serikat buruh-buruh, badan-badan keagamaan serta oleh individu yang kadang kala menjadikannya usaha bisnis.
Pada tingkat pendidikan tinggi, struktur dan jenis/ jenjang pendidikan pada dasarnya dikelompokkan dalam tiga bentuk baik pendidikan tinggi negeri maupun swasta yaitu :
ü    pendidikan tinggi 2 tahun yang lazim disebut junior community atau technical college memberikan sertifikat dan kadang kala memberikan gelar Associate of Arts (AA)
ü    pendidikan tinggi 4 tahun yang menyediakan pendidikan strata 1 (S-1) disamping pendidikan profesional (program diploma) level ini lazim disebut undergraduate tamatan program S-1 diberi gelar Bachelor of Arts (BA) atau Bachelor of Science (BS)
ü    universitas yang biasanya terdiri dari berbagai fakultas yang menyediakan program-program diploma, S-1, pascasarjana S-2 (master) dan kebanyakan menyediakan program doktor S-3. para lulusan program s-2 diberi gelar Master of Arts (MA) atau Master of Science (MS). Lulusan program Doctor (S-3) diberi gelar Doctor of Philosphy (Ph.d) atau Doctor of Education (Ed.D) dalam bidang-bidang tertentu seperti kedokteran, hukum, teologi, bisnis. Pada level S-3 tersedia program-program spesialis.[7]
Yang menjadi tugas pendidikan rendah ialah mengajarkan apa yang disebut 5 R, yaitu : Reading (membaca), Riting (menulis), Rithetic (berhitung), Recreation (hiburan/kesehatan), dan Relationship (kepandaian bergaul).[8] Juga menjadi tugas sekolah rendah, dan yang sudah dimulai pada pendidikan pra sekolah, ialah : memajukan apa yang dinamakan kesehatan fisik dan mental, kesehatan badani dan rohani. Pelajaran agama memang tidak diajarkan di sekolah rendah, tetapi ada pelajaran akhlak atau budi pekerti yang menekankan pada hukum-hukum moraldan hukum-hukum negara. Sementara sekolah menengah, melanjutkan apa yang tellah dipelajari pada sekolah rendah, dan sekolah menengah yang besar, biasanya meliputi beberapa jurusan, yaitu : akademis (persiapan untuk perguruan tinggi), bussines (dagang), umum, dan kejuruan.[9]

G.    Pelajaran KeIslaman di Amerika Serikat
Ada sebuah organisasi keagamaan yang menyelenggarakan pendidikan keIslaman. Islamic Academy of Muslim Community Center (MCC). MCC didirikan pada tahun 1976 dan mendapat dukungan dari masyarakat cukup bagus. Sebagai organisasi keagamaan, pendidikan, dan LSM sosial, MMC memiliki visi untuk menciptakan masyarakat muslim yang bangga akan hazanah keIslaman dan memberikan contoh kebaikan prinsip dan nilai-nilai Islam. Sekolah Islam MCC pada mulanya hanya menyelenggarakan kegiatan pelajaran keIslaman kepada anak-anak setiap hari minggu pada pukul 11.00-13.00. Areanya seluas 9,57 hektar yang dibeli tunai. Dengan pengumpulan uang dari para donatur, pada tahun 1980 mendirikan gedung berlantai dua, dan tahun 1981 baru dimulai sekolah minggu.
Tahun 1984 bangunan tahap kedua berlantai tiga yang menggabung dengan bangunan sebelumnya didirikan, dan tahun 1994 selesai membangun masjid senilai $1,2 juta dengan desain dua lantai dan dipersiapkan untuk kemungkinan perluasannya. Daya tampung masjid untuk Shalat Jumat 600 orang, dan untuk Shalat Id menggunakan bangunan lainnya guna menampung jamaah yang jumlahnya melebihi 1.000 orang. Sejak 1997 dibuka sekolah sampai kelas 6, dan lulusannya melanjutkan ke al-Huda School. MMC. Perpustakaan yang dimiliki terdiri dari buku dengan berbagai macam bahasa, paling banyak bahasa Urdu. Diharapkan ada buku atau al-Quran yang berbahasa Indonesia untuk memperkaya derectory.[10]

H.    Inspirasi untuk Pendidikan di Indonesia
Krisis multidimensi sepertinya masih enggan hengkang dari Indonesia, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang dipandang sebagai satu proses memanusiakan manusia, dalam kenyataannya masih sebatas wacana saja. Terbukti ketika pendidikan hanya dijadikan sebagai alat politik oleh para penguasa, pendidikan hanya digunakan untuk mengejar strata ekonomi dan sosial yang lebih tinggi. Sangat sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Imam Al-Ghozali bahwa: “siapa saja yang menuntut ilmu untuk mendapatkan harta, keadaannya seperti orang yang mengusap bagian bawah sepatunya dengan wajahnya untuk membersihkannya. Ia telah menjadikan majikan sebagai pelayan, dan pelayan sebagai majikan...”.[11] bukti ini menunjukkan bahwa hakekat pendidikan jauh dari memanusiakan manusia.
Masih rendahnya mutu pendidikan, hal itulah yang selama ini menjadi persoalan dasar pendidikan di Indonesia. Sedangkan rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh rendahnya kualitas pengelola pendidikan, baik guru maupun lembaga pendidikan yang lain. Untuk mengatasi masalah-masalah pendidikan diatas, tentunya diperlukan kerja keras dari berbagai pihak, salah satunya adalah dengan mengaca dan mengambil inspirasi dari negara-negara lain yang lebih maju pendidikannya, seperti Amerika Serikat contohnya. Pengelolaan pendidikan yang baik akan menghasilkan Indonesia yang baru.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan, mempunyai lebih dari 17 ribu pulau, meskipun tidak semua pulau berpenghuni, tetapi sedikitnya ada puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan pulau yang ada penduduknya. Dari sekian banyak pulau, tentu akan menghambat hubungan dan komunikasi dari satu pulau ke pulau lainnya. Salah satu bukti adalah adanya kota megapolitan di pulau Jawa, tetapi masih ada daerah yang bisa dikatakan jaman batu di Papua. Hal itu merupakan akibat dari sentralisasi berbagai hal, termasuk pendidikan.
Nah, dari pernyataan dan kenyataan diatas, pemakalah berfikir, alangkah baiknya jika pendidikan di Indonesia di desentralisasikan secara total, karena sejauh ini, pendidikan di Indonesia belum jelas antara sentralisasi, ataukah desentralisasi. Dikatakan desentralisasi tetapi ada ujian nasional, dikatakan sentralisasi, tetapi soal ujian tiap daerah berbeda tingkat kesulitannya.
Desentralisasi pendidikan merupakan suatu keharusan jika kita ingin cepat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. Melalui pendidikan yang demokratis akan melahirkan masyarakat yang kritis dan bertanggung jawab.
Masyarakat yang demokratis akan mampu menciptakan masyarakat madani yaitu masyarakat yang berbudaya tinggi dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang mana sangat menghargai hak-hak asasi manusia.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berkembang dua aliran filsafat yang berlainan yaitu transendentalisme pragmatisme. Transendentalisme mengekspresikan hal-hal yang berkenaan dengan kebudayaan, sedangkan Pragmatisme merupakan satu pemikiran yang berusaha membentuk Amerika yang hidup, dinamis, dan progresif. Kedua aliran filsafat tersebut saling tidak bersesuaian sehingga belum ada kesepakatan tentang filsafat nasional Amerika. Meskipun demikian, kegiatan pendidikan di Amerika tetap berpijak pada landasan kependidikan yang berupa pemikiran kefilsafatan/keilmuan/wawasan-wawasan lain.
Dalam hal ideologi, Amerika Serikat menganut ideologi kapitalis. Kapitalisme sebagai ideologi Amerika Serikat merupakan ideologi yang menjadi motor pergerakan Amerika Serikat dikancah Internasional. Kapitalisme, adalah sebuah ideologi yang lahir setelah keruntuhan paham feodalisme yang diterapkan pada masa imperium Romawi abad 14-16M. Kapitalisme merupakan ideologi yang dibangun berlandaskan sekularisme, yakni pemisahan campur tangan agama dari kehidupan. Sekularisme itu sendiri muncul karena gerahnya rakyat Eropa karena sistem pemerintahan kerajaan yang dikendalikan oleh doktrin-doktrin palsu gereja yang memicu munculnya gerakan-gerakan anti agama.
Kebijakan pendidikan dibuat oleh federal, state, dan sekolah tingkat kabupaten; dan dilaksanakan oleh superintendent atau pengawas. Nilai yang diperdebatkan ada empat, yaitu: (a)persamaan, bahwa setiap anak mendapat kesempatan untuk belajar, (b)efisiensi, (c)otonomi, dan (d)berkualitas tinggi. Dukungan politik harus selaras agar tujuan pendidikan tercapai, dan filosofinya harus sama.
Tiap state atau negara bagian memiliki sistem pendidikan tersendiri, sehingga ada 50 macam sistem pendidikan di Amerika Serikat, sesuai dengan jumlah negara bagian. Masing-masing mendelegasikan kekuasaannya kepada dewan sekolah. Karena itu, kontrol pendidikan terletak pada sekolah dan masyarakat di kabupaten.
Di Amerika Serikat, terdapat sekolah yang didirikan oleh lembaga atau organisasi Islam, sehingga meskipun tidak ada pelajaran agama disekolah umum, bukan berarti di Amerika tidak ada pelajaran agama. Pelajaran agama diberikan disekolah-sekolah yang bermerk agama itu tadi. Tingkatan pendidikan sama seperti di Indonesia.

B.     Daftar Pustaka
Muslih Mohammad. 2008. “Filsafat Ilmu.” Yogyakarta: Belukar.
Assegaf Abd, Rahman. 2003. “Internasionalisasi Pendidikan (Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-negara Islam dan Barat).” Yogyakarta: Gama Media.
Drs. Tadjab M.A. “Perbandingan Pendidikan.” Surabaya: Karya Abditama.
5-8 April 2010. “Majalah Kisah Islami (al-Kisah).”  Semarang: CV. Asy Syifa’ – Baitul Qur’an Wal Hadits Wal Kutubud Diniyah.


[1] Mohammad Muslih,  Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Belukar, 2008), hal. 57
[4] Abd, Rahman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan (Sketsa Perbandingan Pendidikan diNegara-negara Islam dan Barat), (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hal.228
[5] Ibid, hal. 229-231
[6]Drs. Tadjab M.A., Perbandingan Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama), hal. 110
[8] Ibid hal. 110
[9] Ibid hal. 111
[10] Ibid, hal. 64-65
[11] Majalah Kisah Islami (al-Kisah) 5-8 April 2010,  (CV. Asy Syifa’ – Baitul Qur’an Wal Hadits Wal Kutubud Diniyah), hal. 02