apa saja
Senin, 27 Mei 2013
Pendidikan AS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Negara Amerika Serikat berpenduduk nomor tiga terbanyak di dunia yaitu
berjumlah kira-kira 300 juta jiwa dan terdiri dari 50 negara bagian. Luas
wilayahnya kurang lebih 9,5 juta km persegi.
Bangsa Amerika terdiri dari bangsa-bangsa emigran dari
berbagai kawasan dunia, terutama dari kawasan Eropa sebagai bagian dominannya.
Imigrasi tua berasal dari Eropa Utara dan Barat seperti Inggris, Scotlandia,
Prancis, Belanda, Jerman dan sebagainya yang kemudian diikuti oleh imigrasi
yang muda berasal dari Eropa Selatan dan timur seperti Italia, Rusia, Polandia,
Austria, Hongaria dan lain sebagainya. Setiap bangsa membawa kepercayaan, adat
istiadat, bahasa dan segi-segi kebudayaannya masing-masing ke Amerika sehingga
Amerika menjadi periuk peleburan bagi segala jenis kebudayaan asli dan
pendatang dari benua hitam Afrika. Itulah yang membentuk kebudayaan Amerika
sekarang.
Karena bagian terbesar warga Amerika berasal dari kaum
imigran Eropa, maka sudah tentu tradisi pendidikan yang berkembang di Amerika
adalah tradisi pendidikan bangsa-bangsa Eropa yang berimigrasi tersebut.
Di tempat orang-orang Jerman berimigrasi, sekolah-sekolahnya diawasi oleh
orang-orang gereja pada pertemuan-pertemuan gereja. Di daerah New Netherland pengawasan
dilakukan oleh petugas-petugas gereja dan dibeberapa tempat oleh kelompok orang
tertentu. Pengawasan terhadap sekolah-sekolah yang dilakukan oleh
pribadi-pribadi melalui pertemuan-pertemuan orang-orang dan petugas gereja yang
terus dipertahankan oleh para imigran itu, menjadi sebab timbulnya tanggung
jawab atas sekolah-sekolah pada akhirnya dipikul oleh masyarakat setempat.
Karakteristik geografis dan demografis yang telah
diuraikan di atas mengakibatkan penduduk Amerika bervariasi. Misalnya Negara
bagian Alaska merupakan daerah yang paling luas tetapi memiliki penduduk yang
kecil jumlahnya. Sementara Negara bagian Rhode Island yang memiliki
daerah yang kecil luasnya tetapi memiliki penduduk yang besar jumlahnya di
Amerika Serikat.
Kota-kota besar seperti New York, Washington DC,
Chicago, Detroit dan Los Angeles merupakan tempat-tempat terkonsentrasinya para
penganggur, orang miskin, orang yang tidak bisa berbahasa inggris dan minoritas
diiringi oleh masalah ekonomi social. Masalah kependudukan lain ialah semakin
kurangnya orang yang bergerak di bidang pertanian, kira-kira 50% penduduk
bekerja sebagai juru tulis sampai pada tenaga-tenaga professor. Jumlah tenaga
wanita pun meningkat sementara tingkat pengangguran relatif tinggi.
Pada pemerintahan presiden Ronald Reagon dimulai
pengurangan bantuan dana serta campur tangan pemerintah federal terhadap
pendidikan dan menyerahkan tanggung jawab ke negara bagian. Selama ini Amerika
Serikat telah berhasil menyediakan pendidikan gratis selama 12 tahun dan biaya pendidikan
yang relatif murah pada tingkat pendidikan tinggi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
filosofi dan ideologi pendidikan di Amerika Serikat?
2. Seperti
apakah tujuan pendidikan Amerika Serikat?
3. Bagaimanakah
kurikulum, metode, serta evaluasi pendidikan Amerika Serikat?
4. Apa
saja hal teknis mengenai pendidikan Amerika Serikat?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Filosofi
Pendidikan Amerika Serikat
Filsafat pada dasarnya merupakan pernyataan secara
sengaja tentang suatu kebudayaan tertentu, kehususan pada adat-istiadat, pola
tingkah laku, ide-ide, maupun sistem nilai. Filsafat juga bisa berarti sebagai
suatu ekspresi atau interpretasi secara obyektif tentang watak nasional suatu
bangsa.
Amerika merupakan suatu negara yang dibentuk dari bangsa-bangsa asing yang
mendiaminya, secara sadar mereka memilih menjadi warga Amerika. Kondisi
tersebut berbeda dengan negara-negara lain di dunia, karena pada umumnya suatu
negara dibentuk dari penduduk asli bangsanya. Keadaan tersebut memicu
berkembangnya dua aliran filsafat yang berlainan, yaitu transendentalisme dan
pragmatisme. Transendentalisme mengekspresikan hal-hal yang berkenaan dengan
kebudayaan, sedangkan pragmatisme merupakan suatu pemikiran yang berusaha
membentuk Amerika yang hidup, dinamis, dan progresif.[1] Kedua
aliran filsafat tersebut saling tidak bersesuaian sehingga belum ada
kesepakatan tentang filsafat nasional Amerika. Meskipun demikan, kegiatan
pendidikan di Amerika tetap berpijak pada landasan kependidikan yang berupa
pemikiran kefilsafatan/keilmuan/wawasan-wawasan lain.
Ada seperangkat nilai yang merupakan sumber perilaku
dan sikap orang Amerika yaitu:
1. Berorientasi
pada prestasi kerja individual
2. Bekerja
atau melakukan kegiatan sebagai nilai kesusilaan
3. Berorientasi
pada efisiensi, nilai praktis, dan kegunaan
4. Berorientasi
pada masa yang akan datang sebagai satu kemajuan, oleh karenanya harus bekerja
keras
5. Percaya
bahwa dengan rasionalitas dan ilmu pengetahuan orang akan dapat menguasai
lingkungan
6. Berorientasi
pada keuntungan material
7. Berorientasi
pada nilai kesamaan derajat dibidang kesempatan pada berbagai bidang kehidupan
8. Berorientasi
pada kemerdekaan
9. Berorientasi
pada nilai kemanusiaan
B.
Ideologi
Pendidikan di Amerika Serikat
Segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh sebuah
negara sehingga tetap eksis sebagai sebuah negara, tentu berlandas pada suatu
dasar negara, yakni ideologi. Begitu pula dengan Amerika Serikat, Amerika
Serikat tetap eksis sebagai sebuah negara karena tatanan hidup yang mereka
miliki. Sebuah tatanan hidup (ideologi) untuk mengatur tiap-tiap aspek
kehidupan, baik politik, pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya.
Dalam hal ini, Amerika Serikat menganut ideologi
kapitalis. Kapitalisme, merupakan ideologi yang menjadi motor Amerika Serikat
dikancah internasional. Kapitalisme adalah sebuah ideologi yang lahir setelah
keruntuhan paham feodalisme yang diterapkan pada masa imperium Romawi pada abad
14-16M. Kapitalisme merupakan ideologi yang dibangun berdasarkan sekularisme
yakni pemisahan campur tangan agama dari kehidupan. Sekularisme itu sendiri
muncul karena gerahnya rakyat Eropa karena sistem pemerintahan kerajaan yang
dikendalikan oleh doktrin-doktrin palsu gereja yang memicu munculnya
gerakan-gerakan anti Agama.
Sistem pendidikan kapitalis masih berdasarkan modal.
Pendidikan dalam sistem kapitalisme dapat dinikmati oleh orang-orang yang hanya
memiliki uang atau modal saja, jika tidak, mereka hanya bisa menghisap jari.
Sehingga orang-orang cerdas kebanyakan lahir dari orang-orang yang bermodal
tinggi. Teknologi canggih mampu diciptakan oleh negara Adidaya karena modal
yang mumpuni. Sistem pendidikan kapitalis yang berasas modal pun menjadikan
lembaga-lembaga pendidikan sebagai ladang bisnis bagi pemilik modal.
Pendidikan skular kapitalis melahirkan generasi yang
materialistik. Hidup hanya untuk pemenuhan materi. Kegersangan jiwa karena jauh
dari agama merasuk pada jiwa para pemuda dan masyarakan kapitalis. Dalam sistem
pendidikan ini, mata pelajaran agama hanya dapat ditemukan beberapa jam
perminggu, bahkan dalam perkuliahan pembelajaran agama hanya menjadi matakuliah
pilihan.
C.
Tujuan
Pendidikan di Amerika Serikat
Karakteristik utama sistem
pendidikan di Amerika Serikat adalah sangat menonjolnya desentralisasi.
Pemerintah federal amerika serikat tidak punya mandat untuk mengontrol atau
mengadakan pendidikan untuk masyarakat. Adapun ketentuan dan aturan pemerintah
federal mengenai kelompok-kelompok minoritas rasial dan orang-orang cacat.
Pemerintah juga mendukung penelitian pendidikan. Tetapi Amerika Serikat tidak
mempunyai sistem pendidikan yang berpusat. Namun demikian, tidak berarti bahwa
pemerintah federal tidak memberikan arah dan pengaruh terhadap masalah
pendidikan pemerintah federal juga ikut menghilangkan sistem sekolah yang
memisahkan sekolah berdasarkan ras, khususnya antara orang kulit hitam dan
kulit putih. Pemerintah federal menyamakan alokasi pendanaan sekolah,
menyediakan akses pendidikan bagi orang miskin dan orang cacat.
Tujuan sistem pendidikan di Amerika Serikat
antara lain :
1.
untuk
mencapai kesatuan dalam kebhinekaan
2.
untuk
mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi
3.
untuk
membantu pengembangan individu
4.
untuk
memperbaiki kondisi sosial masyarakat
5.
untuk
mempercepat kemajuan nasional
D.
Kurikulum
dan Metode Pengajaran di Amerika Serikat
Kebiasaan otonomi yang sudah lama
dan kuat serta keadaan masyarakat sangat mempengaruhi bentuk kurikulum
serta cara mengajar di Amerika Serikat. Disini tidak ada kurikulum
nasional yang resmi.
Bagian pendidikan negara bagian
menggariskan kurikulum dengan tingkat variasi yang cukup besar dan memberi
peluang pada daerah setempat. Pada awalnya sekolah amerika sangat dipengaruhi
oleh agama dan fokus pada keterampilan tulis baca. Semenjak abad ke 19
perhatian terhadap masalah sosial semakin menonjol.
Pada akhir abad ke 19 muncul
tuntutan untuk mengubah kurikulum dan metode mengajar dengan mengarahkan
perhatian pada kebutuhan murid yang berbeda, serta perhatian terhadap kebutuhan
individu. Dengan demikian siswa memiliki peluang yang besar untuk menentukan
pilihan. Pertambahan jumlah populasi sekolah yang sangat cepat dan kemajuan
iptek menjadi dorongan untuk inovasi-inovasi baru terutama metode pengajaran.
Di daerah perkotaan persoalan sosial telah mendorong munculnya mata pelajaran
baru yaitu studi etnis, pendidikan lingkungan, pendidikan seks, pendidikan
narkoba dan sebagainya. Namun, awal 1980-an ada kecendrungan untuk kembali pada
yang lama serta kebutuhan baru atas pendidikan akhir.
Sistem pendidikan di Amerika
mempunyai sifat yang khas yang berbeda dari sistem pendidikan di
negara-negara lain. Hal ini terutama karena sistem pemerintahannya yang
mendelegasikan kebanyakan wewenang kepada negara bagian dan pemerintahan lokal
(distrik atau kota). Amerika tidak memiliki sistem pendidikan nasional yang ada
adalah sistem pendidikan dalam artian terbatas pada masing-masing negara
bagian. Hal ini berdasarkan pada filosofi bahwa pemerintah (federal/pusat)
harus dibatasi perannya, terutama dalam pengendalian kebanyakan fungsi-fungsi
publik seperti sekolah, pelayanan sosial dan lain-lain. Karena itu di Amerika dalam
pendidikan dasar dan menengah tidak ada kurikulum nasional bahkan tidak ada
kurikulum negara bagian. Apa yang ada hanyalah semacam standar-standar
kompetensi lulusan yang ditetapkan pemerintahan negara bagian ataupun
pemerintahan lokal. Walaupun begitu pemerintah federal (pusat) diberi wewenang
terbatas untuk mengintervensi dalam masalah pendidikan bila terkait dengan
empat hal yaitu :
1.
Memajukan
demokrasi
2.
Menjamin
kesamaan dalam peluang pendidikan
3.
Meningkatkan
produktivitas nasional
4.
Memperkuat
pertahanan/ ketahanan nasional.
E.
Kebijakan
Pendidikan di Amerika Serikat
Kebijakan (police)
secara etimologi diturunkan dari bahasa Yunani, yaitu “polis” yang artinya kota. Dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengan
gagasan pengaturan organisasi yang merupakan pola formal yang sama-sama
diterima pemerintah / lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha mengejar
tujuannya. Abidin menjelaskan kebijakan adalah keputusan pemerintah yang
bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat.
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan
keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku
dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan
akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat
dalam berperilaku. Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum tetapi tanpa
menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan harus memberi peluang
diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.
Sejauh ini, masih banyak kesalah pemahaman maupun
kesalahan konsepsi tentang kebijakan. Beberapa orang menyebut policy dalam
sebutan kebijaksanaan, yang maknanya sangat berbeda dengan kebijakan. Istilah
kebijaksanaan adalah kearifan yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan kebijakan
adalah aturan tertulis hasil aturan formal organisasi. Contoh kebijakan adalah
: undang-undang, pengaturan pemerintah, keppres, perda, keputusan Bupati, dan
lain-lain. Setiap kebijakan yang dicontohkan disini adalah bersifat mengikat
dan wajib dilaksanakan oleh objek kebijakan. Contoh ini juga memberi
pengetahuan pada kita bahwa ruang lingkup kebijakan dapat bersifat makro, meso,
dan mikro.
Pada umumnya, kebijakan pendidikan yang diambil
disuatu negara cenderung dijadikan alat intervensi pemerintah terhadap warga
negaranya. Begitu pula yang terjadi di Amerika Serikat pada kebijakan
pendidikannya sejak tahun 1872. Pemerintah pernah membuat kebijakan pendidikan
yang mengintervensi pendidikan sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak,
remaja, dan kaum muda.
Di Amerika Serikat, bentuk intervensi tersebut
adalah memberikan tanah negara kepada negara bagian untuk pembangunan
fakultas-fakultas pertanian dan teknik, sekolah dengan makan siang, menyediakan
pendidikan bagi orang-orang Indian, menyediakan dana pendidikan bagi para veteran
yang kembali kekampus untuk menempuh pendidikan lanjutan, menyadiakan pinjaman
bagi mahasiswa, menyediakan anggaran untuk keperluan penelitian, pertukaran
mahasiswa asing dan bantuan berbagai kebutuhan mahasiswa lainnya, serta
memberikan bantuan tidak langsung (karena menurut ketentuan undang-undang
Amerika Serikat, pemerintah dilarang memberikan bantuan langsung kepada
sekolah-sekolah agama) dalam bentuk buku-buku teks dan laboraturium.
Namun, semenjak kepemerintahan presiden Ronald
Reagen dan kesadaran Amerika Serikat sebagai pelopor demokrasi sehingga
diperlukan asas desentralisasi dalam pengambilan kebijakan, intervensi
pemerintah pusat Amerika Serikat terhadap pendidikan mulai dikurangi.
Selanjutnya tanggung jawab dan inisiatif kebijakan pendidikan diserahkan kepada
negara bagian (setingkat Propinsi) dan pemerintah daerah/Distrik (setingkat
kabupaten/kota). diAmerika Serikat terdapat 50 Negara bagian dan 15.358
Distrik.[2]
Kebijakan pendidikan dibuat oleh federal, state, dan
sekolah tingkat kabupaten dan dilaksanakan oleh superintendent atau pengawas.
Nilai yang diperdebatkan dibidang pendidikan ada empat, yaitu : persamaan bahwa
setiap anak mendapat kesempatan untuk belajar, efisiensi, otonomi,
danberkualitas tinggi. Dukungan politik harus selaras agar tujuan pendidikan
teercapai, dan filosofinya harus sama.[3]
Amerika Serikat secara umum dikenal sebagai negara
yang menganut demokrasi terkokoh hingga sekarang, demokrasi telah membentuk
kesadaran untuk mengawasi dan membatasi intervensi pemerintah pada sektor
pendidikannya. Dalam hal ini, pemerintah Amerika Serikat menyerahkan wewenang
kebijakan pendidikan pada negara federal. Dan bentuk intervensi pemerintah
pusat hanya sebatas kepemilikan tanah, modal, dan infrastruktur yang diberikan
untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya. Penyerahan kebijakan pada pemerintah
federal terbukti berhasil meningkatkan pendidikan para pelajar di Amerika
Serikat sejak kepemimpinan Ronald Reagon.[4]
F.
Sistem,
Struktur,dan Jenis Pendidikan di Amerika Serikat
Ada dua macam pendidikan diAmerika Serikat, yaitu
negri dan swasta, tetapi diantara keduanya ada pendidikan dirumah. Karena tidak
disebutkan dalam konstitusi, maka tanggung jawab pendidikan adalah pada negara
bagian. Pengawasan pendidikan dilakukan oleh 3 pihak, yaitu; federal, state,
dan lokal kontrol. Ditingkat lokal, pengawasan dilakukan oleh dewan sekolah,
pengawas, sekolah kabupaten, orang tua, dan masyarakat. Tiap state atau negara
bagian memiliki sistem pendidikan tersendiri, sehingga ada 50 macam sistem
pendidikan diAmerika Serikat sesuai dengan jumlah negara bagian. Masing-masing
mendelegasikan kekuasaannya kepada dewan sekolah. Karena itu, kontrol
pendidikan terletak pada sekolah dan masyarakat kabupaten.[5]
Tiap sekolah memiliki sistem pendidikan. Jika jumlah
sekolah diAmerika Serikat ada 14.000, ini berarti ada 14.000 macam sistem
pendidikan juga. Jumlah tersebut dari tahun ketahun menurun. Pada tahun 1930
sebanyak 130ribu, dan pada tahun 2000 tinggal 14.000. Jam belajar diatur setiap
hari antara 6-7 jam, termasuk makan siang. Dalam setahun, hari masuk sekitar
180-190 yang terbagi dalam 4 kuartal @ 9 minggu untuk SMU. Sedangkan tingkat
SD-SLTP sehari antara 6-7 jam pelajaran @ 45-55 menit. Terkadang ada
penjadwalan dengan waktu 90 menit yang disebut dengan block.
Seperti telah disampaikan sebelumnya, kurikulum inti
ditentukan oleh tiap state, terdiri dari : seni bahasa (menulis, ejaan,
membaca), bahasa, sains, matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan olahraga.
Persyaratan kelulusan ditentukan oleh tiap state, dan saat itu 34 state
mengharuskan tes bagi siswa yang menghasilkan produk, jadi bukan tes tertulis.
Produk tersebut antara lain berupa hasil riset dan dipresentasikan didepan
kelas. Ebtanas tidak ada, nampaknya tidak ada satu sistem pendidikan tertentu
yang harus dianut di Amerika Serikat.
Jenjang pendidikan pra sekolah, nampaknya merupakan
jenjang pendidikan tersendiri, yang berfungsi untuk mempersiapkan anak memasuki
pendidikan dasar. Ada dua tahap pendidikan pra sekolah, yaitu :
1.
Nursery school, ialah sekolah untuk anak-anak
yang sangat kecil, yaitu yang berumur antara 18 bulan sampai 4 tahun, dan
2.
Taman kanak-kanak atau kindergaten, yang
menerima anak-anak berumur 5-6 tahun sebelum memasuki sekolah rendah.[6]
Setiap negara bagian menyediakan
pendidikan secara gratis selama 12 tahun mulai dari taman kanak-kanak seperti
yang telah disebutkan diatas sampai pada jenjang berikutnya. Dalam sistem
pendidikan di Amerika Serikat terdapat beberapa pola pendidikan yaitu :
1.
taman
kanak-kanak + pendidikan dasar ”grade” 8 tahun + 4 tahun SLTA
2.
taman
kanak-kanak + sekolah dasar ”grade” 6 tahun + 3 tahun SLTP + 3 tahun SLTA
3.
taman
kanak-kanak + sekolah dasar ”grade” 4/5 tahun + 4 tahun SLTP + 4 tahun SLTA
4.
setelah
menyelesaikan pendidikan tingkat taman kanak-kanak + 12 tahun pada beberapa buah
negara bagian dilanjutkan 2 tahun pada tingkat akademi (junior community
college) sebagai bagian dari sistem pendidikan dasar dan menengah
Pada pola pertama seorang siswa
menamatkan pendidikan pada umur 17- 18 tahun. Pendidikan khusus mendapat
perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Disamping itu pendidikan non formal
tidak hanya di sponsori oleh badan pemerintah tapi juga badan swasta, serikat
buruh-buruh, badan-badan keagamaan serta oleh individu yang kadang kala
menjadikannya usaha bisnis.
Pada tingkat pendidikan tinggi,
struktur dan jenis/ jenjang pendidikan pada dasarnya dikelompokkan dalam tiga
bentuk baik pendidikan tinggi negeri maupun swasta yaitu :
ü pendidikan tinggi 2 tahun yang lazim
disebut junior community atau technical college memberikan sertifikat
dan kadang kala memberikan gelar Associate of Arts (AA)
ü pendidikan tinggi 4 tahun yang
menyediakan pendidikan strata 1 (S-1) disamping pendidikan profesional (program
diploma) level ini lazim disebut undergraduate tamatan program S-1
diberi gelar Bachelor of Arts (BA) atau Bachelor of Science (BS)
ü universitas yang biasanya terdiri
dari berbagai fakultas yang menyediakan program-program diploma, S-1,
pascasarjana S-2 (master) dan kebanyakan menyediakan program doktor S-3. para
lulusan program s-2 diberi gelar Master of Arts (MA) atau Master of
Science (MS). Lulusan program Doctor (S-3) diberi gelar Doctor of
Philosphy (Ph.d) atau Doctor of Education (Ed.D) dalam bidang-bidang
tertentu seperti kedokteran, hukum, teologi, bisnis. Pada level S-3 tersedia
program-program spesialis.[7]
Yang menjadi tugas pendidikan rendah
ialah mengajarkan apa yang disebut 5 R, yaitu : Reading (membaca), Riting
(menulis), Rithetic (berhitung), Recreation (hiburan/kesehatan), dan
Relationship (kepandaian bergaul).[8]
Juga menjadi tugas sekolah rendah, dan yang sudah dimulai pada pendidikan pra
sekolah, ialah : memajukan apa yang dinamakan kesehatan fisik dan mental,
kesehatan badani dan rohani. Pelajaran agama memang tidak diajarkan di sekolah
rendah, tetapi ada pelajaran akhlak atau budi pekerti yang menekankan pada
hukum-hukum moraldan hukum-hukum negara. Sementara sekolah menengah,
melanjutkan apa yang tellah dipelajari pada sekolah rendah, dan sekolah
menengah yang besar, biasanya meliputi beberapa jurusan, yaitu : akademis
(persiapan untuk perguruan tinggi), bussines (dagang), umum, dan kejuruan.[9]
G.
Pelajaran
KeIslaman di Amerika Serikat
Ada sebuah organisasi keagamaan yang
menyelenggarakan pendidikan keIslaman. Islamic Academy of Muslim Community
Center (MCC). MCC didirikan pada tahun 1976 dan mendapat dukungan dari
masyarakat cukup bagus. Sebagai organisasi keagamaan, pendidikan, dan LSM
sosial, MMC memiliki visi untuk menciptakan masyarakat muslim yang bangga akan
hazanah keIslaman dan memberikan contoh kebaikan prinsip dan nilai-nilai Islam.
Sekolah Islam MCC pada mulanya hanya menyelenggarakan kegiatan pelajaran
keIslaman kepada anak-anak setiap hari minggu pada pukul 11.00-13.00. Areanya
seluas 9,57 hektar yang dibeli tunai. Dengan pengumpulan uang dari para donatur,
pada tahun 1980 mendirikan gedung berlantai dua, dan tahun 1981 baru dimulai
sekolah minggu.
Tahun 1984 bangunan tahap kedua berlantai tiga yang
menggabung dengan bangunan sebelumnya didirikan, dan tahun 1994 selesai
membangun masjid senilai $1,2 juta dengan desain dua lantai dan dipersiapkan
untuk kemungkinan perluasannya. Daya tampung masjid untuk Shalat Jumat 600
orang, dan untuk Shalat Id menggunakan bangunan lainnya guna menampung jamaah
yang jumlahnya melebihi 1.000 orang. Sejak 1997 dibuka sekolah sampai kelas 6,
dan lulusannya melanjutkan ke al-Huda School. MMC. Perpustakaan yang dimiliki
terdiri dari buku dengan berbagai macam bahasa, paling banyak bahasa Urdu.
Diharapkan ada buku atau al-Quran yang berbahasa Indonesia untuk memperkaya
derectory.[10]
H.
Inspirasi
untuk Pendidikan di Indonesia
Krisis multidimensi sepertinya masih enggan hengkang
dari Indonesia, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang
dipandang sebagai satu proses memanusiakan manusia, dalam kenyataannya masih
sebatas wacana saja. Terbukti ketika pendidikan hanya dijadikan sebagai alat
politik oleh para penguasa, pendidikan hanya digunakan untuk mengejar strata
ekonomi dan sosial yang lebih tinggi. Sangat sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh Imam Al-Ghozali bahwa: “siapa saja
yang menuntut ilmu untuk mendapatkan harta, keadaannya seperti orang yang
mengusap bagian bawah sepatunya dengan wajahnya untuk membersihkannya. Ia telah
menjadikan majikan sebagai pelayan, dan pelayan sebagai majikan...”.[11]
bukti ini menunjukkan bahwa hakekat pendidikan jauh dari memanusiakan manusia.
Masih rendahnya mutu pendidikan, hal itulah yang
selama ini menjadi persoalan dasar pendidikan di Indonesia. Sedangkan rendahnya
mutu pendidikan disebabkan oleh rendahnya kualitas pengelola pendidikan, baik
guru maupun lembaga pendidikan yang lain. Untuk mengatasi masalah-masalah
pendidikan diatas, tentunya diperlukan kerja keras dari berbagai pihak, salah
satunya adalah dengan mengaca dan mengambil inspirasi dari negara-negara lain
yang lebih maju pendidikannya, seperti Amerika Serikat contohnya. Pengelolaan pendidikan yang baik
akan menghasilkan Indonesia yang baru.
Indonesia
yang merupakan negara kepulauan, mempunyai lebih dari 17 ribu pulau, meskipun
tidak semua pulau berpenghuni, tetapi sedikitnya ada puluhan, ratusan, atau
bahkan ribuan pulau yang ada penduduknya. Dari sekian banyak pulau, tentu akan
menghambat hubungan dan komunikasi dari satu pulau ke pulau lainnya. Salah satu
bukti adalah adanya kota megapolitan di pulau Jawa, tetapi masih ada daerah
yang bisa dikatakan jaman batu di Papua. Hal itu merupakan akibat dari
sentralisasi berbagai hal, termasuk pendidikan.
Nah, dari pernyataan dan kenyataan diatas, pemakalah
berfikir, alangkah baiknya jika pendidikan di Indonesia di desentralisasikan
secara total, karena sejauh ini, pendidikan di Indonesia belum jelas antara
sentralisasi, ataukah desentralisasi. Dikatakan desentralisasi tetapi ada ujian
nasional, dikatakan sentralisasi, tetapi soal ujian tiap daerah berbeda tingkat
kesulitannya.
Desentralisasi
pendidikan merupakan suatu keharusan jika kita ingin cepat mengejar
ketertinggalan dari bangsa lain. Melalui pendidikan yang demokratis akan
melahirkan masyarakat yang kritis dan bertanggung jawab.
Masyarakat
yang demokratis akan mampu menciptakan masyarakat madani yaitu masyarakat yang
berbudaya tinggi dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang mana sangat
menghargai hak-hak asasi manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berkembang dua aliran filsafat yang berlainan yaitu
transendentalisme pragmatisme. Transendentalisme mengekspresikan hal-hal yang
berkenaan dengan kebudayaan, sedangkan Pragmatisme merupakan satu pemikiran yang
berusaha membentuk Amerika yang hidup, dinamis, dan progresif. Kedua aliran
filsafat tersebut saling tidak bersesuaian sehingga belum ada kesepakatan
tentang filsafat nasional Amerika. Meskipun demikian, kegiatan pendidikan di
Amerika tetap berpijak pada landasan kependidikan yang berupa pemikiran
kefilsafatan/keilmuan/wawasan-wawasan lain.
Dalam hal ideologi, Amerika Serikat menganut
ideologi kapitalis. Kapitalisme sebagai ideologi Amerika Serikat merupakan
ideologi yang menjadi motor pergerakan Amerika Serikat dikancah Internasional.
Kapitalisme, adalah sebuah ideologi yang lahir setelah keruntuhan paham
feodalisme yang diterapkan pada masa imperium Romawi abad 14-16M. Kapitalisme
merupakan ideologi yang dibangun berlandaskan sekularisme, yakni pemisahan
campur tangan agama dari kehidupan. Sekularisme itu sendiri muncul karena
gerahnya rakyat Eropa karena sistem pemerintahan kerajaan yang dikendalikan
oleh doktrin-doktrin palsu gereja yang memicu munculnya gerakan-gerakan anti
agama.
Kebijakan pendidikan dibuat oleh federal, state, dan
sekolah tingkat kabupaten; dan dilaksanakan oleh superintendent atau pengawas.
Nilai yang diperdebatkan ada empat, yaitu: (a)persamaan, bahwa setiap anak
mendapat kesempatan untuk belajar, (b)efisiensi, (c)otonomi, dan (d)berkualitas
tinggi. Dukungan politik harus selaras agar tujuan pendidikan tercapai, dan
filosofinya harus sama.
Tiap state atau negara bagian memiliki sistem
pendidikan tersendiri, sehingga ada 50 macam sistem pendidikan di Amerika
Serikat, sesuai dengan jumlah negara bagian. Masing-masing mendelegasikan
kekuasaannya kepada dewan sekolah. Karena itu, kontrol pendidikan terletak pada
sekolah dan masyarakat di kabupaten.
Di Amerika Serikat, terdapat sekolah yang didirikan
oleh lembaga atau organisasi Islam, sehingga meskipun tidak ada pelajaran agama
disekolah umum, bukan berarti di Amerika tidak ada pelajaran agama. Pelajaran
agama diberikan disekolah-sekolah yang bermerk agama itu tadi. Tingkatan
pendidikan sama seperti di Indonesia.
B.
Daftar
Pustaka
Muslih
Mohammad. 2008. “Filsafat Ilmu.” Yogyakarta:
Belukar.
Assegaf
Abd, Rahman. 2003. “Internasionalisasi
Pendidikan (Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-negara Islam dan Barat).”
Yogyakarta: Gama Media.
Drs.
Tadjab M.A. “Perbandingan Pendidikan.”
Surabaya: Karya Abditama.
5-8
April 2010. “Majalah Kisah Islami
(al-Kisah).” Semarang: CV. Asy
Syifa’ – Baitul Qur’an Wal Hadits Wal Kutubud Diniyah.
[1] Mohammad Muslih, Filsafat
Ilmu, (Yogyakarta: Belukar, 2008), hal. 57
[2]
http://sorayamaneta.blogspot.com/2011/12/analisis-perbandingan-kebijakan.html
diakses hari minggu tanggal 24 maret 2013
[3]
http://dewiindratanti.blogspot.com/2012/08/tugas-inovasi-pendidikan.html
diakses hari minggu 24 maret 2013.
[4] Abd, Rahman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan (Sketsa
Perbandingan Pendidikan diNegara-negara Islam dan Barat), (Yogyakarta: Gama
Media, 2003), hal.228
[5]
Ibid, hal. 229-231
[6]Drs. Tadjab M.A., Perbandingan Pendidikan, (Surabaya:
Karya Abditama), hal. 110
[7]
http://srirahmadhena.wordpress.com/2010/09/29/pendidikan-di-amerika-serikat/
diakses hari Jumat 29-03-2013
[8]
Ibid hal. 110
[9]
Ibid hal. 111
[10] Ibid, hal. 64-65
[11] Majalah Kisah Islami (al-Kisah) 5-8 April 2010, (CV. Asy Syifa’ – Baitul Qur’an Wal Hadits Wal
Kutubud Diniyah), hal. 02
Langganan:
Postingan (Atom)